Mohon tunggu...
Albertus WawanMulyadi
Albertus WawanMulyadi Mohon Tunggu... Guru - Belajar menjadi yang terbaik dalam segala hal

Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hambar

19 Maret 2023   21:36 Diperbarui: 19 Maret 2023   21:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kepada biru yang sudah lebam.
Pekat.
Hati menjadi bebatuan.
Masih setia tinggal.
Kembali menjadi dulu penuh dengan tunduk. Sesal.
Ia.
Untuk sesekali.

Ada harum semerbak yang tak lagi wangi.
Teruntuk bunga yang disimpan dan berantakan.
Kembali duri sesekali melirik dengan penuh hati-hati.
Menancap.
Dan terjadi lagi.

Tak peduli untukmu biru.
Sebab ada darah yang perlu didekap.
Penuh kasih.
Damai.
Tak peduli untukmu duri.
Wangi tuanmu tak lagi indah.

Berlalu segala pilu.
Memiliki asa setetes darah. Dijaga !
Bukan biru.
Apalagi bunga.
Ada hambar. Sebab dicium berkali kali

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Video Pilihan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Daftar Partner Kami
Antara News
Viva
Liputan 6
Kompasiana
OkeZone