Mohon tunggu...
Audrie Aristhania
Audrie Aristhania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis

Hanyalah Mahasiswa sems 2

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Masalah Ekonomi : Kenaikan Harga Bahan Pokok & Potensi Krisis Pangan

16 Februari 2023   19:57 Diperbarui: 17 Februari 2023   11:53 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

    Sepanjang tahun 2022 topik hangat dari bulan ke bulan bahkan hingga mendekati akhir tahun 2022 selalu meliputi kenaikan harga bahan pokok. Di Indonesia sendiri lonjakan kenaikan harga cabai merah, minyak goreng, serta bawang merah kerap kali menghiasi berita di televisi. Dari 15 negara di ASIA yang berpotensi mengalami resesi ekonomi, Indonesia menempati peringkat ke-14 dengan persentase 3%. Menurut Menteri Keuangan yaitu Sri Mulyani, harga bahan pangan global akan terus mengalami kenaikan hingga 20% sampai akhir tahun 2022. Dapat dilihat dan didukung dengan data tingkat inflasi dari bulan Oktober 2021 hingga Juli 2022 yang mencapai 4,94%. Ternyata krisis pangan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi dibanyak negara di dunia.

   Seperti negara Australia yang mulai dilanda krisis minyak nabati yang diakibatkan perang antara negara Rusia dan Ukraina yang menjadi produsen minyak bunga matahari terbesar mengalami pembatasan ekspor minyak. Selain Australia, negara Malaysia juga melarang kegiatan ekspor ayam guna meningkatkan pasokan dalam negeri dan menahan lonjakan dikarenakan musim kemarau yang menyebabkan ayam menjadi lebih banyak minum daripada makan sehingga harga telur pun mengalami kenaikan harga.

  • Faktor-faktor penyebab harga bahan pokok mengalami kenaikan harga :

1. Kenaikan permintaan dan keterbatasan barang

   Seiring meredanya pandemi covid permintaan produksi kelapa sawit menjadi meningkat dratis. Hal ini diikarenakan produksi minyak nabati terhambat karena konflik perang di Rusia dan Ukraina, sehingga banyak yang beralih ke komuditas kelapa sawit. Namun, tidak berselang lama negara produsen kelapa sawit seperti Indonesia mengalami hambatan dalam memproduksi sawit.  Faktor gangguan cuaca dan musim panen belum tiba menjadi pemicu keterhambatan tersebut. Selain itu, pemerintah sempat membatasi ekspor CPO yang menyebabkan stok minyak sawit tertahan di tangki pabrik. Kemudian, dari sisi logistik pandemi membuat aktivitas ekspor & impor dikurangi sehingga stok minyak sawit juga tertahan.

   Harga minyak goreng sepanjang tahun 2022 sempat mengalami lonjakan mencapai 30% dan juga mengalami kelangkaan. Namun, penyebab kelangkaan tersebut ternyata tidak hanya terjadi karena faktor cuaca tetapi karena bahan baku pertanian seperti pupuk. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyatakan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat akan turun setidaknya 50% pada 2023. Hal tersebut disebabkan rendahnya harga jual tandan buah segar atau TBS sawit, naiknya harga pupuk hingga 300%, hingga pada Juli 2022 dihapusnya perkebunan sawit dari daftar penerima pupuk bersubsidi. Terakhir petani membeli pupuk dengan kisaran harga Rp270.000-an perkarung, namun kini harga pupuk berada dikisaran harga Rp980.000-an bahkan mencapai 1 juta perkarungnya, harga beli TBS Kelapa Sawit pun mengalami keanjlokan hingga 58-65% berdasarkan data harga beli TBS kelapa sawit di Kalimantan Timur pada tahun 2022 dikarenakan pabrik kelapa sawit membatasi pembelian karena stok menumpuk di tangki. Apkasindo pada Juli 2022 mencatat petani kelapa sawit swadaya mengalami kerugian sebesar Rp802/kg sedangkan petani bermitra mengalami kerugian Rp475/kg. Pada tahun 2023 produksi kelapa sawit diperkirakan akan turun 50-60% dan jika hal ini terjadi, tidak hanya Indonesia tetapi seluruh dunia berpotensi mengalami kelangkaan minyak goreng lebih parah dari sebelumnya.

2. Konflik Rusia dan Ukraina

   Selain perang antar dua negara, konflik ini mengakibatkan supply bahan pangan terganggu. Ekspor gandum pun tertahan di pelabuhan karena blokade. Perlu diketahui 30% (17% Rusia, 12% Ukraina) supply gandum dunia adalah Rusia dan Ukraina.

3. Faktor Alam

   Komisi Eropa memperkirakan hasil panen rata-rata jagung, dan kedelai turun 15 persen. Penurunan ini diakibatkan wilayah Eropa mengalami kekeringan terburuk dalam 500 tahun terakhir. Kenaikan harga kedelai dikhawatirkan makin memperburuk inflasi pangan global dan pakan ternak, yang saat ini juga terdampak akibat kekurangan tenaga kerja dan kenaikan harga energi. Beberapa bulan terakhir pada tahun 2022 petani cabe dan bawang merah banyak yang mengalami gagal panen dikarenakan curha hujan yang tinggi merendam perkebunan mereka, dan juga curah hujan yang tinggi juga membuat tanaman menjadi rawan terkena virus, jamur dan hama. Dinas Pertanian & Pangan Kabupaten Kudus mengungkapkan intensitas hujan tinggi membuat produksi cabe dan bawang merah turun hingga 31%.

4. Wabah Penyakit Ternak

   Sepanjang Mei hingga Juli tahun 2022, kasus PMK sapi semakin meluas. Berdasarkan data sebaran kasus PMK di Indonesia wabah ini telah menyerang di 227 kab/kota yang tersebar di 20 provinsi yang ada di Indonesia. Pada Juli 2022 ada 314.117 ekor hewan ternak yang mengalami PMK sehingga banyak peternak mengalami kerugian akibat hewan ternak mereka tidak dapat dijual, selain itu para peternak juga mengeluarkan biaya untuk memberi obat, vaksin hingga mengkarantina hewan ternak yang terjangkit penyakit ini. Akibat wabah PMK ini, pasokan daging sapi menjadi terhambat dan kekurangan persediaan daging sapi. Meningkatnya permintaan daging sapi pada Idul Adha menyebabkan harga sapi melonjak hingga 25-40%, dibeberapa daerah harga daging sapi pun mencapai Rp170/kg.

5. Naiknya Harga  Produksi

   Dibeberapa daerah pada beberapa bulan terakhir 2022 harga telur ayam naik hingga menembus Rp30.000/kg yang pada awalnya berkisar hanya Rp22.000-25.000/kg. Melonjaknya harga telur ayam tersebut dikarenakan naiknya harga pakan ayam dan memberatkan harga produksi para peternak ayam. Harga pakan ayam sebelumnya seharga Rp415.000/perkantong naik menjadi Rp500.000/perkantong.


sumber referensi : https://youtu.be/ds7q4V0pNkA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Video Pilihan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Daftar Partner Kami
Antara News
Viva
Liputan 6
Kompasiana
OkeZone