Berbicara tentang stabilitas, yang kerap kali terpikir oleh kita tentunya tentang keseimbangan. Keseimbangan ini menjadi hal yang didambakan setiap orang, tak terkecuali perekonomian Indonesia. Stabilitas ekonomi ini hal yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal ini dikarenakan dengan timbulnya peningkatan pertumbuhan ekonomi tinggi. Diawal sudah disinggung mengenai keseimbangan, namun keseimbangan apa saja yang dimaksud ?
Stabilitas ekonomi ini tercapai apabila seimbangnya atau berkesinambungannya permintaan domestik dengan pengeluaran domestik, serta tabungan dan investasi. Stabilitas ekonomi ini menjadi fokus tiap negara, karena jika suatu negara tidak memiliki kestabilitasan dalam perekonomian maka dapat menimbulkan masalah--masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat pengangguran, dan tingginya tingkat inflasi.
Stabilitas perekonomian juga merupakan sasaran dalam pembangunan nasional, dan juga menjadi prasyarat bagi tercapainya kualitas pertumbuhan. Adanya keseimbangan didalam variabel makroekonomi akan menentukan stabilitas perekonomian.
Di Indonesia, perekonomian dapat dikatakan belum stabil hal ini tentu dapat disebabkan oleh beberapa hal salah satunya yaitu inflasi yang tinggi, inflasi yang tinggi sering kali disebabkan oleh krisis global, kesalahan manajemen, kurangnya produksi, dan perubahan sistem ekonomi.
Inflasi salah satu indikator perekonomian yang penting, laju perubahannya selalu diupayakan rendah dan stabil agar tidak menimbulkan masalah makroekonomi yang nantinya akan memberikan dampak ketidakstabilan dalam perekonomian.Â
Dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan kecendrungan peningkatan terhadap harga barang dan jasa umum secara terus menerus selama periode tertentu. Yang mana akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat yang membuat hasil produksi juga mengalami penurunan dan akhirnya mengurangi pendapatan nasional. Berkurangnya pendapatan nasional ini menjadi gambaran umum dari ketidakstabilan perekonomian.
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri menurut Laporan Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Agustus 2022 yang dilaporkan oleh Bank Indonesia bahwa pada triwulan II 2022, stabilitas sistem keuangan masih terjaga seiring dengan beberapa indikator yang mulai menunjukkan perbaikan kinerja.
Selama triwulan II 2022, transaksi non-tunai di Bangka Belitung secara tahunan mengalami peningkatan. Sementara itu, transaksi tunai mengalami net outflow pada triwulan II 2022 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Indikator-indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Bangka Belitung menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat dan disertai dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang menurun pada periode Februari 2022. Sejalan dengan itu, tingkat kemiskinan juga turun pada periode Maret 2022.Â
Meski demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2022 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada sektor perkebunan. Namun demikian, harga komoditas unggulan Bangka Belitung diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu tekanan inflasi diperkirakan lebih tinggi terutama yang bersumber dari administered priced.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bulan September 2022, mengalami inflasi sebesar 0,80% (mtm) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,17% (mtm).