Mencoba berbincang masalah poligami rasanya masih  canggung. Tetapi tak di-omongi juga malah tergelitik buat bikin bahasan, mungkin bahasannya  tak usah dikemas terlalu berat. Setidaknya cukup menghapus kerut di kening dan  menggantinya  dengan sebuah senyum  ikhlas (pahit? ☺). 

Artikel pendek ini memang di kemas untuk sekedar bincang ringan sembari menikmati kopi. Siapa tahu coretan enteng ini mampu mengusir pusing di kepala akibat resesi yang makin terasa saat ini. 

     Celoteh ini pun tak bermaksud memposisikan poligami versus sudut pandang agama, sebab bisa dipastikan tak bakal nyambung dan jika dipaksakan kaya nya malah bakal korslet. Artikel ini cuma ingin menyentuh rasa, empati, kasih sayang, tanggung jawab dan konsistensi. 

     Ada masa pra-nikah, dimana sepasang pria-wanita mengarungi perjalanan waktu untuk menjadi sepasang kekasih. Di penggalan waktu itu, mereka bakal berinteraksi, menyelami. Menggali lebih dalam karakter, sifat, kebiasaan kedua  belah pihak, baik yang positif maupun negatif dari masing-masing pasangan. 

     Bagi sebagian besar "wanita ", pernikahan adalah sebuah peristiwa dalam kehidupan  yang dipandang teramat sakral baginya. Bergudang harapan-harapan dan mimpi indah dipertaruhkan di kelangsungan perjalanan pernikahan mereka selanjutnya. Berbagai bayangan indah pastinya telah memenuhi ruang kamar-kamar di kepala mereka. 

     Wajah-wajah bahagia, tawa renyah penuh nada ceria,  seolah selalu mewarnai suasana di moment setiap perhelatan sebuah pernikahan. Sanak-saudara, handai-taulan, semua hadir dan berharap semoga sepasang mempelai diberi jodoh yang panjang, murah rezeki dan sehat selalu. 

     Seluruh keluarga besar berbaur dalam kehingar-bingaran itu, dan seluruh doa ditujukan agar kedua mempelai dapat mengarungi bahtera pernikahan hingga akhir hayat. 

     Seusai fragmen yang menggembirakan dan sekaligus melelahkan itu, kini mereka harus menaiki sebuah bahtera (perahu). Pasangan tersebut harus bersiap mengarungi lautan kehidupan plus segala realita pahit-manis yang akan dihadapi di sepanjang perjalanan. 

     Kasih sayang dan perhatian, merupakan hal teramat penting bagi kesinambungan mahligai perkawinan. Perjalanan kehidupan merupakan sebuah siklus yang tak pernah mampu untuk diduga sebelumnya. Ada kalanya suatu waktu kita mendadak berasa diposisi teratas, dan dilain kesempatan bisa sekonyong terdampar di ceruk paling terbawah. 

     Tak bisa disangkal, apabila syahwat pria lebih tinggi dibanding wanita. Menurut penjelasan, bahwa pada struktur area otak tertentu di hipotalamus, yaitu nukleys suprakiasmatikus  pada pria lebih besar. Sehingga menghasilkan dorongan seksual lebih tinggi pada pria dibanding wanita. 

     Beberapa tahun lalu, LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan pernah melakukan riset pada 107 istri yang dipoligami. 

Lihat Love Selengkapnya