Mohon tunggu...
Lesdwi Aulia Rahmi
Lesdwi Aulia Rahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Globalisasi Ekonomi: Tesla Gagal Investasi dengan Indonesia

20 Maret 2023   02:21 Diperbarui: 20 Maret 2023   05:49 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Globalisasi ekonomi merupakan suatu bentuk transaksi ataupun perdagangan yang dilakukan oleh negara satu dengan negara lainnya yang dimana globalisasi ekonomi sendiri bersifat bebas karena fungsi utama dari globalisasi ekonomi adalah untuk menghilangkan batasan dari berbagai permasalahan penghambat perdagangan internasional.

Tesla merupakan sebuah produsen mobil berbasis listrik yang telah di bangun sejak tahun 2003 di Amerika yang sampai sekarang merupakan perusahaan otomotif terkenal pada rana global. Tesla sendiri di bangun oleh dua insinyur otomotif yakni Marc Tarpenning dan Martin Ebenhard yang dimana mereka mengatakan bahwa penggunaan mobil berbasis listrik akan lebih mudah dan cepat untuk dipergunakan dibandingkan dengan mobil dengan penggunaa bahan bakar minyak hal itupun dirasa cukup benar karena hampir setiap negara telah mengimplementasikan produk tesla. Selain itu penggunaan mobil listrik akan lebih hemat dan ramah lingkungan. Elon Musk menjadi pendiri serta direktur utama perusahaan Tesla.

 Sejak tahun 2020 Tesla telah melakukan kesepakatan untuk membangun pabrik batrai dan kendaraa listrik di Indonesia dan mereka berupaya untuk membujuk pemerintah Indonesia sendiri akan tetapi upaya tersebut tidak berjalan dengan lancer pada tahun dimana Tesla mengandekan untuk bekerjasama dengan Indonesia sejak 2020 sampai 2022 Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan invetasi mengatakan kembali bahwa Tesla akan melakukan kerjasama untuk membangun pabrik baterai litinum di Indonesia akan tetapi dalam undangan Presiden Joko Widodo melakukan kesepakatan untuk menandatangani kesepakatan NDA atau Non-Disclosure Agreement pada 11 Desember 202i secara virtual dan alasan mereka menandatangani kesepakatan tersebut tidak di publis secara transparan. Hal ini lah yang mengirakan mengapa gagalnya Tesla untuk bekerjasama dengan mitra Indonesia karena birokrasi Indonesia dianggap ribet. Hal ini tentu menjadi perbincangan karena sejak lama berita mengenasi Tesla akan membangun pabrik di Indonesia sudah menjadi perbincangan namun kembali lagi keputusan akhir daripada investasi adalah ada di tangan perusahaan itu sendiri.

Terdapat faktor yang menjadi isu mengapa Tesla gagal membangun kerjasama dengan Indonesia yakni salah satunya adalah negara Inonesia masih bergantung pada batu bara. Menurut Bhima Yudhistira selaku Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Tesla gagal untuk membangun kerjasama dengan Indonesia karena sektor hulu industrinya yang masih bergantung pada batu bara sehingga mereka harus menanggung mulai dari biaya yang basisnya standar ESG karena bauran dari energy yang bergantung dengan baru bara akan menyebabkan PLN dari segi keuangan akan mengalami permasalahan dengan resiko balck out listrik melalui eksportir batu bara yang akan lebih memilih menjualnya ke pasar ekspor. Tidak bergantung pada batu bara alasan lain mengapa Elon Musk gagal berinvestasi dengan Indonesia adalah dikarenakan harga dari batu bara sendiri masih tidak stabil sehingga kebutuhan konsumen meningkat. Flukasi dari harga batu bara sendiri dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Meskipun rencana industry masa depan menggunakan kendaraan listrik dan baterai akan tetapi sumber energy primer awal adalah dari PLTU batu bara itu sendiri.

Di tengah-tengah Tesla melakukan jalinan kesepakatan ternyata Tesla telah banting setir untuk melakukan pembangunan pabrik otomotif berbasis listrik pada tahun 2022 lalu di India. Terdapat juga isu mengapa Tesla lebih memilih India sebagai tempat untuk bekerjasama dalam sektor industry otomotif. Menurut Indef Tauhid Ahmad selaku Direktur Eksekutif hal yang menyebabkan Tesla melakukan kerjasama dengan India adalah karena biaya investasi yang lebih murah meskipun iklim pajak merupakan perkara tarif akan tetapi Tesla sendiri lebih melihat peluang daripada kemudahan dan bagaimana jalinan birokrasi yang mudah dan cepat. Selain itu sumber tenaga kerja menjadi alasan selanjutnya mengapa Tesla memilih India di bandingkan Indonesia, hal tersebut dirasa bahwa tenaga kerja di India lebih memiliki kemampuan karena di Indonesia sendiri pengembangan industry kendaraan listrik masih baru.

Meskipun begitu opini yang dapat diberikan adalah mengapa Tesla sejak 2 tahun terakhir menggantung kerjasama dengan Indonesia apabila tadi dikatakan bahwa faktor biaya dan tenaga kerja yang menjadi hambatan mengapa Tesla banting setir dan memilih melakukan kerjasama dengan India menjadi permasalahan akan tetapi dapat dilihat bagaimana upaya pemeritah untuk terus melakukan negosiasi dengan Tesla dan berusaha untuk merayu agar Tesla mau menjalin kesepakatan dengan Indonesia. Tidak hanya di India, Tesla juga melakukan kerjasama dengan Malaysia dengan membangung Showroom dan juga Kantor Perwakilan resmi. Hal ini patut untuk dipertanyakan menginngat bahwa Malaysia merupakan negara yang tidak menghasilkan nikel yang dimana nikel sendiri merupakan bahan baku untuk membuat baterai untuk mobil listrik, bahkan apabila dilihat dari segi marketya Malaysia sendiri masih jauh dan tidak sebesar market di Indonesia. Meskipunn terdapat program yang menarik Tesla untuk melakukan kerjasama dengan Malaysia namun mengapa di Indonesia sendiri tidak? Indonesia kini telah memiliki dua perusahaan dari produsen baterai kendaraan listrik dengan memproduksikan baterai litium yakni ada CATL Contemporary Amperex Technology Co. ltd. Dan juga ada LG Chem, kedua perusahaan tersebut telah melapisi lebih ari 50% baterai litium di dunia. Hal ini terbukti karena Indonesia sendiri merupakan negara dengan penghasil nikel tertinggi di dunia terutama di tahun 2021 lalu. Kementerian ESDM juga telah mencatat bahwa produksi dari olahan nikel di Indonesia telah mencapai 2,47 juta ton di tahun yang sama, sehingga dapat di simpulkan bahwa olahan nikel sendiri di Indonesia terus mengalami peningkatan dan kinerja ekspor dan impor menembus hampir ke rekor tertinggi dengan komoditas yang signifikan.

Globalisasi ekonomi bertujuan untuk meningkatkan efesiensi. Sehingga hal yang menyebabkan Tesla tidak mau atau gagal melakukan jalinan kerjasama dengan Indonesia adalah ketidakefesien pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kesepakatan karena birokrasi yang dirasa sulit oleh Tesla. Kemudian dilihat dari global flownya bahwa kebuayaan warga Indonesia sendiri senang untuk membeli barang impor dari negara lain jadi faktor itu sendiri yang menjadikan Tesla tidak buka di Indonesia karena dirasa mereka mampu melakukan kegiatan impor dengan mudah.

REFERENSI:

Anshori, L. (Maret 2023). Bukan Indonesia, Kenapa Tesla Pilih Malaysia untuk Buka Kantor dan Showroom? Detikkoto .

Prambors. (October 2021). Elon Musk Akui Enggan Bangun Pabrik di Indonesia. PramborsFM .

Winona, C. V. (Juni 2022). Serba-Serbi Nikel Indonesia: Dari Kerjasama dengan Tesla hingga Status Produsen Tertinggi Dunia. CwtsPspd .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Video Pilihan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Daftar Partner Kami
Antara News
Viva
Liputan 6
Kompasiana
OkeZone